Artikel ini dikongsi
semula dari emel una.. Semoga bermanfaat dan sekiranya pembaca siapa
yang karang artikel ini, mohon beri maklum balas ya. Terima kasih .
Diceritakan di Hari
Pembalasan kelak, ada seorang hamba Allah sedang diadili. Ia dituduh
bersalah, menyia-nyiakan umurnya di dunia untuk berbuat maksiat. Tetapi
ia berkeras membantah. “Tidak! Demi langit dan bumi sungguh tidak benar.
Saya tidak melakukan semua itu.” “Tetapi saksi-saksi mengatakan engkau
betul-betul telah menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam dosa,” jawab
malaikat. Orang itu menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu ke segenap
penjuru. Tetapi anehnya, ia tidak menjumpai seorang saksi pun yang
sedang berdiri.
Di situ hanya ada dia sendirian. Makanya ia pun menyanggah, “Manakah saksi-saksi yang kau maksudkan? Di sini tidak ada siapa kecuali aku dan suaramu.” “Inilah saksi-saksi itu,” ujar malaikat. Tiba-tiba mata hamba Allah tersebut bicara, “Saya yang memandangi.” Disusul oleh telinga, “Saya yang mendengarkan.” Hidung pun tidak ketinggalan, “Saya yang mencium.”
Bibir mengaku, “Saya yang merayu.” Lidah menambah, “Saya yang mengisap.” Tangan meneruskan, “Saya yang meraba dan meramas.” Kaki menyusul, “Saya yang dipakai lari ketika diketahui orang akan maksiat tersebut.”
“Nah! Kalau kubiarkan, seluruh anggota tubuhmu akan memberikan kesaksian tentang perbuatan aibmu itu”, ucap malaikat. Orang tersebut tidak dapat membuka sanggahannya lagi. Ia putus asa dan amat berduka, sebab sebentar lagi bakal dihumbankan ke dalam Neraka Jahanam. Padahal, rasa-rasanya ia telah terbebas dari tuduhan dosa itu. Tatkala ia sedang dilanda kesedihan itu, tiba-tiba terdengar suara yang amat lembut dari selembar bulu matanya: “Saya pun ingin juga mengangkat sumpah sebagai saksi.”
“Silakan”, kata malaikat. “Terus terang saja, menjelang ajalnya, pada suatu tengah malam yang lengang, aku pernah dibasahinya dengan air mata ketika ia sedang menangis menyesali perbuatan buruknya. Bukankah nabinya pernah berjanji, bahawa apabila ada seorang hamba kemudian bertaubat, walaupun selembar bulu matanya saja yang terbasahi air matanya, namun sudah diharamkan dirinya dari ancaman api neraka? Maka saya, selembar bulu matanya, berani tampil sebagai saksi bahawa ia telah melakukan taubat sampai membasahi saya dengan air mata penyesalan.”
Dengan kesaksian selembar bulu mata itu, orang tersebut dibebaskan dari neraka dan dihantarkan ke syurga. Sampai terdengar suara bergaung kepada para penghuni syurga: “Lihatlah, Hamba Allah ini masuk surga kerana pertolongan sehelai bulu mata (Rahmat dan Kasih Sayang Allah).”
Di situ hanya ada dia sendirian. Makanya ia pun menyanggah, “Manakah saksi-saksi yang kau maksudkan? Di sini tidak ada siapa kecuali aku dan suaramu.” “Inilah saksi-saksi itu,” ujar malaikat. Tiba-tiba mata hamba Allah tersebut bicara, “Saya yang memandangi.” Disusul oleh telinga, “Saya yang mendengarkan.” Hidung pun tidak ketinggalan, “Saya yang mencium.”
Bibir mengaku, “Saya yang merayu.” Lidah menambah, “Saya yang mengisap.” Tangan meneruskan, “Saya yang meraba dan meramas.” Kaki menyusul, “Saya yang dipakai lari ketika diketahui orang akan maksiat tersebut.”
“Nah! Kalau kubiarkan, seluruh anggota tubuhmu akan memberikan kesaksian tentang perbuatan aibmu itu”, ucap malaikat. Orang tersebut tidak dapat membuka sanggahannya lagi. Ia putus asa dan amat berduka, sebab sebentar lagi bakal dihumbankan ke dalam Neraka Jahanam. Padahal, rasa-rasanya ia telah terbebas dari tuduhan dosa itu. Tatkala ia sedang dilanda kesedihan itu, tiba-tiba terdengar suara yang amat lembut dari selembar bulu matanya: “Saya pun ingin juga mengangkat sumpah sebagai saksi.”
“Silakan”, kata malaikat. “Terus terang saja, menjelang ajalnya, pada suatu tengah malam yang lengang, aku pernah dibasahinya dengan air mata ketika ia sedang menangis menyesali perbuatan buruknya. Bukankah nabinya pernah berjanji, bahawa apabila ada seorang hamba kemudian bertaubat, walaupun selembar bulu matanya saja yang terbasahi air matanya, namun sudah diharamkan dirinya dari ancaman api neraka? Maka saya, selembar bulu matanya, berani tampil sebagai saksi bahawa ia telah melakukan taubat sampai membasahi saya dengan air mata penyesalan.”
Dengan kesaksian selembar bulu mata itu, orang tersebut dibebaskan dari neraka dan dihantarkan ke syurga. Sampai terdengar suara bergaung kepada para penghuni syurga: “Lihatlah, Hamba Allah ini masuk surga kerana pertolongan sehelai bulu mata (Rahmat dan Kasih Sayang Allah).”
"Kecuali
mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan penjelasannya,
mereka itulah yang AKU terima taubatnya, dan AKU Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang." (Surah Al-Baqarah:37)
1 comment:
Kisah ni menyentuh hati. Sesunguhnya Allah swt penerima taubat dari hamba-hambanya. Allahuakbar!
Perkongsian yang sabgat bagus! :)
Post a Comment